Uraian: Pengertian Imunisasi (Lengkap)
Keberadaan internet membuat siapapun bisa dengan mudah mengakses setiap informasi yang ada di dunia, baik itu yang berupa video, atau pun tulisan seperti yang tertuang dalam situs ini. Baiklah, sepertinya cukup basa-basinya, biar gak kelamaan yuk langsung kita simak saja pembahasan atau uraian lengkap terkait Pengertian Imunisasi dibawah ini.
Penjelasan Lengkap Pengertian Imunisasi
Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Imunisasi? Mungkin anda pernah mendengar kata Imunisasi? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, tujuan, jenis, peraturan, cara, jadwal, pemantauan dan faktor. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunukan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomyelitis, dan campak dapat dicegah. Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya belita yang meninggal akibat penyakit yangdapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit-penyakit tesebut bias dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang berbahaya, imunisasi pada bayi dari balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal. (Vivian 2010)
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. (Dwi Maryanti 2011)
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi sering diartikan sama, meskipun arti yang sebenarnya adalah berbeda. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari system imun dalam tubuh. (Nur Muslihatun Wafi 2010)
Tujuan Imunisasi
Menurut Matondang (2005), tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia. Sedangkan menurut Proverawati (2010), program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Lestari, 2012). Tujuan program imunisasi adalah menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31). Jenis- jenis penyakit PD31 yang masuk ke dalam program imunisasi adalah tuberculosis, difteri, pertusis, polio, campak, tetanus dan hepatitis B (Ngadarodjatun, 2013).
Jenis-jenis Imunisasi
Menurut Proverawati (2010) imunisasi dibagi menjadi dua, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif:
1. Imunisasi Aktif (Active Immunization)
Imunikasi aktif merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Dengan kata lain, tubuh tidak membuat zat antibody secara aktif, tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar (Proverawati, 2010).
Peraturan Imunisasi di Indonesia
Menurut Depkes (2013), berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
-
Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan (Proverawati, 2010). Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun terdiri atas:
- Bacillus Calmette Guerin (BCG)
- Diphtheria Pertusis Tetanus–Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus–Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib)
- Hepatitis B pada bayi baru lahir
- Polio; dan
- Campak
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan pada:
- anak usia bawah tiga tahun (Batita), berupa Diphtheria Pertusis Tetanus–Hepatitis B (DPT-HB) dan campak
- anak usia sekolah dasar, berupa Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
- wanita usia subur, berupa Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi tambahan, merupakan imunisasi yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Yang termasuk imunisasi tambahan adalah:
- Backlog Fighting, yaitu upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun pada desa non UCI setiap dua tahun sekali.
- Crash Program, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat karena masalah khusus seperti angka kematian bayi dan angka PD3I yang tinggi, infrakstur kurang,untuk memberikan kekebalan kepada kelompok sasaran yang belum mendapatkan imunisasi rutin (Depkes, 2005).
-
Imunisasi Pilihan
Tata Cara Pemberian Imunisasi
Tata cara pemberian imunisasi adalah sebagai berikut:
- Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak divaksinasi.
- Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
- Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan.
- Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
- Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.
- Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
- Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.
- Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan.
- Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan.
- Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin (Ranuh, 2011).
Jadwal Imunisasi
Menurut Proverawati (2010) program imunisasi di Indonesia meliputi imunisasi wajib (BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, dan Campak) dan imunisasi anjuran (Hib, Pneumokokkus, Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela dan HPV). Berikut ini Program Pengembangan imunisasi (PPI) :
Jenis Vaksin |
Umur Pemberian Vaksinasi |
||||||||||||||||||
Bulan |
Tahun |
||||||||||||||||||
LHR | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 9 | 12 | 15 | 18 | 24 | 3 | 5 | 6 | 7 | 10 | 12 | 18 | |
B C G | 1 Kali | ||||||||||||||||||
Hepatitis B | 1 | 2 | |||||||||||||||||
Polio | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||||||||||||||
D P T | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 (td) | 7 (td) | ||||||||||||
Campak | 1 | 5 | |||||||||||||||||
Hib | 1 | 2 | 3 | 4 | |||||||||||||||
Pneumokokus | 1 | 2 | 3 | 4 | |||||||||||||||
Influenza | Diberikan 1 kali dalam 1 tahun | ||||||||||||||||||
Varisela | 1 kali | ||||||||||||||||||
M M R | 1 | 2 | |||||||||||||||||
Tifoid | Setiap 3 tahun | ||||||||||||||||||
Hepatitis A | 2 kali – interval 6-12 bulan | ||||||||||||||||||
H P V | 3 kali |
Keterangan:
- Imunisasi BCG: Ditujukan untuk memberikan kekebalan bayi terhadap bakteri tuberkolosis (TBC).
- Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat penyakit Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
- Imunisasi Polio: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadap penyakit polio (kelumpuhan).
- Imunisasi Hib: Mencegah bayi terkena infeksi Haemophils influenza tipe b yang dapat menyebabkan penyakit meningitis, infeksi tenggorokan dan pnemonia. Imunisasi Hib ini sangat mahal, maka belum di wajibkan.
- Imunisasi Pneumokokus: melindung bayi dari bakteri penyebab infeksi pada telinga. Selain itu bakteri ini bisa menimbulkan permasalah serius seperti meningits dan infeksi pada darah (bakteremia) (Ranuh, 2011).
Pemantauan Imunisasi
Berikut ini adalah pemantauan imunisasi yaitu:
-
Pemantauan ringan
Pemantauan ringan memantau hal-hal sebagai berikut:
- Apakah pelaksanaan memantau sesuai dengan jadwal
- Apakah vaksin cukup
- Penegcekan lemari es setiap hari dan dicatat temperaturnya
- Melihat apakah suhu lemari es normal
- Hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan
- Peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan steril
- Adakah diantara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dijumpai dalam seminggu (Sarwono, 1998).
-
Pemantauan bulanan
Jumlah bayi yang seharusnya diimunisasi setiap bulan:
Target 1 bulan =
Persentasi bayi yang mendapat imunisasi setiap bulan, minimal DPT 1
x 100% bayi yang telah diimunisasi.
- Dihitung persentasi bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap (BCG 1x, DPT 3x, Campak 1x).
- Keadaan stok vaksin bulan lalu, apa sesuai dengan kebutuhan.
- Adakah anak di wilayah kerja yang menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Notoatmodjo, 2011).
Cara menghitung target per bulan dari penduduk, misal jumlah kelahiran per tahun 3,1 % dari jumlah penduduk.
= Target bayi per tahun
Untuk target per bulan =
Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain:
- Cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan masing-masing bulan atau dengan cara kumulatif.
- Hasil cakupan per triwulan untuk masing-masing desa.
Untuk mengetahui keberhasilan program dapat dengan melihat hal-hal sebagai berikut:
- Bila garis pencapaian dalam a tahun terlihat antara 75%-100% dari target, berarti program sangat berhasil.
- Bila garis pencapaian dalam a tahun terlihat antara 50%-75% drai target, berarti program cukup berhasil.
- Bila garis pencapaian dalam a tahun terlohat dibawah 50% dari target, berarti program belum berhasil (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor Keberhasilan Imunisasi
Berikut ini adalah beberapa faktor keberhasilan imunisasi yaitu:
1. Status imun penjamu
Adanya Ab spesifik pada penjamu, keberhasilan vaksinasi, minsalnya :
- Campak pada bayi
- Kolustrum ASI IgA polio
- Maturasi imunologik, neonates, fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi optonin.
- Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi ditunda sampai umur 2 bulan.
- Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi di imunisasi.
- Frekuensi penyakit, dampaknya pada neonates berat imunisasi dapat diberikan pada neonates.
- Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang. (dwi maryati, sujianti, tri budiarti)
2. Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100 %. (dwi maryati, sujianti, tri budiarti)
3. Kualitas vaksin
- Cara pemberian, missal polio oral imunisasi lokal dan sistemik
- Dosis vaksin
- Tinggi mengehambat respon, menimbulkan efek samping
- Rendah tidak merangsang sel imunokompeten.
- Frekuensi pemberian
- Ajuvan : zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag
- Jenis vaksin. (dwi maryati, sujianti, tri budiarti).(Maryanti dwi)
Demikian Penjelasan Materi Tentang Pengertian Imunisasi : Pengertian, Tujuan, Jenis, Peraturan, Cara, Jadwal, Pemantauan dan Faktor Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.
The post Pengertian Imunisasi first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment