Uraian: [Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna (Lengkap)

[Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna - Mungkin banyak diantara kita yang belum tahu tentang sesuatu hal, seperti contohnya informasi mengenai "[Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna?" Lantas berusaha mencari tahu melalui google (internet) dan tanpa sengaja menemukan situs Uraian Lengkap ini. Dapat dikatakan bahwa Anda sudah berada di situs yang tepat, sebab kita memang akan membahas hal tersebut.

Namun tak ada salahnya sebelum membaca ulasan tentang [Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna ada baiknya Anda selaku pembaca, menyimak baik-baik apa yang akan kita kupas dibawah. Seperti pepatah bilang: "Berburu kepadang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi". Tentu Anda sudah tahu maksudnya bukan? Oke, langsung ke pembahasannya saja yuk?

Pembahasan Lengkap [Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna

Menginjak usia remaja adalah usia dimana seseorang mencari jati diri. Mereka akan membentuk kepribadian berdasarkan apa yang mereka lihat dan baca. Untuk itu, contoh cerpen remaja berikut bisa menginspirasi pembaca menemukan nilai-nilai dalam hidup.

Cerpen remaja biasanya memuat cerita-cerita berkenaan dengan permasalahan remaja. Contoh cerpen remaja biasanya memuliki tema persahabatan, cita-cita, perjuangan, orang tua, sampai masalah percintaan juga seringkali dimuat dalam cerpen remaja.

Contoh Cerpen Remaja dengan Tema Penuh Makna

Berikut akan kami sajikan contoh cerpen remaja singkat dan penuh makna yang bisa dijadikan sumber inspirasi dan diambil hikmahnya untuk pelajaran.

1. Contoh Cerpen Remaja Penuh Makna: Belajar Bahasa Kalbu

Contoh Cerpen Remaja Penuh Makna Belajar Bahasa Kalbu

Hari itu langit sangat cerah, Tini sambil menggendong tasnya berjalan pelan menikmati udara di sekelilingnya. Saking terbuainya dia bertabrakan dengan laki-laki dihadapannya.

“Aduh. Maaf aku tak sengaja,” katanya.

“Tidak apa-apa santai saja,” ucap pria tersebut. Dilihat dari perawakannya, nampaknya itu mengalihkan perhatiannya. Tubuhnya tinggi, kulit sawo matang, berkacamata. Laki-laki itu melemparkan senyum kearah Tini yang membuat ia salting.

“Kau tidak apa-apa?,” tanyanya.

Mendengar suara itu membuyarkan lamunan Tini yang terus menatapnya.

“Aku lihat seragammu, sepertinya kita pakai seragam yang sama. Berarti kita satu sekolah. Ayo jalan bareng aja,” tambah Doni, laki-laki yang barusan ditabraknya.

Tini hanya mengiyakan dan akhirnya mereka berjalan bersama ke sekolah. Mereka berbincang dan rupanya kelas mereka hanya bersebelahan. Semenjak pertemuannya di jalan membuat hubungan keduanya semakin dekat.

Sudah satu tahun lebih mereka mengenal dan Doni selalu mengajak Tini berangkat ke sekolah bersama.

Saat istirahat tiba mereka juga terlihat sering bersama. Doni tertawa lepas saat berada dekat dengannya. Suatu ketika Doni terlihat kusam, dia tidak tertawa sedikitpun dan hanya melepas nafas panjang.

“Hei Don, kamu kenapa? Kok kusem banget wajahmu? Aku ajak bercanda malah diem aja..,” kata Tini.

“Eh sorry-sorry.. aku lagi badmood aja.. maaf,” balasnya.

“hahaha… tumben nih laki-laki PMS baru pertama kali liat,” canda Tini.

“hehe gak gitu juga kali.. udah ya Tin aku mau masuk kelas dulu,” Kata Doni sambil tersenyum palsu.

Melihat sikap Doni yang berubah membuat dirinya bertanya-tanya. Apakah dia punya salah pada Doni? Kenapa senyumnya terasa sangat palsu tidak seperti dulu ketika pertama kali bertemu.

Tini sampai merasa tidak nyaman dan akhirnya ia putuskan untuk bertanya langsung sepulang sekolah.

“Don tunggu aku mau bilang sesuatu. Aku minta maaf,”

“Hah.. untuk apa? Memangnya kamu salah apa?”

“Aku gak tau aku salah apa. Tapi melihat sikapmu yang berubah kamu pasti kesel sama aku, makanya bersikap aneh dari tadi,” jawab Tini sambil berapi-api.

“hmm maaf Tin, sebenarnya ada yang ingin kukatakan. Tapi aku tak berani karena aku belum siap,” jawab Doni.

Tini yang mendengar itu langsung berdebar-debar. Mungkinkah Doni akan menyatakan perasaannya padaku. Pikiran itu yang membuat Tini gugup sekaligus senang.

Namun, ternyata sebaliknya Doni memberikan kabar bahwa ia akan pindah ke luar daerah karena ayahnya yang seorang dokter ditempatkan di wilayah terpencil Kalimantan. Mendengar hal itu tentu membuat Tini syok.

Apalah dikata, Tini hanya bisa menelan ludah. Rupanya perasaannya pada Doni tidak bisa terbalas.

“Syukurlah.. kupikir kau benci padaku. Kalau begitu pergilah.. hati-hati ya disana. Nanti kita bisa bertukar pesan. Awas jangan lupain temanmu ini,” kata Tini mencoba tegar.

Akhirnya, Doni hanya ikut membalas senyuman pahit pada Tini. Untuk saat ini tidak ada yang bisa mereka katakan selain terus tersenyum berharap suatu saat bertemu kembali.

Baca: Contoh Cerpen Pendidikan Singkat

2. Contoh Cerpen Remaja: Sahabat Karib

Contoh Cerpen Remaja Sahabat Karib

Aku adalah Nova berumur 15 tahun. Aku mempunyai sahabat karib yang bernama Dini. Ia adalah anak yang periang yang setia menemaniku saat aku sedang kesulitan.

Pada masa itu adalah hari yang kelam bagiku. Setiap hari ibu dan ayah bertengkar sampai aku begadang dan menangis. Memang keluargaku tidak seharmonis keluarga lainnya. Ayahku dan ibuku sibuk bekerja sehingga aku sering merasa kesepian.

Komunikasi diantara keluargaku menjadi kurang sehingga ayah dan ibuku seringkali salah paham dan berujung pertengkaran. Setelah begadang karena sulit tidur. Di pagi harinya aku malas untuk sekolah. Akhirnya, akupun bolos.

“Sudahlah bolos saja. Saat ini ayah dan ibu bekerja. Paling gak ada yang sadar,” batinku.

Aku kemudian mulai berjalan-jalan keliling kompleks tak tentu arah. Aku berhenti di taman dan mulai bermain ayunan sendirian disana. Rasanya sepi. Hampa.

Kupikir tidak ada yang mencariku. Namun, sesosok manusia dengan rambutnya yang keriting berlari menghampiriku.

Sekilas aku bisa menebak sosok tersebut. Dan benar saja, dia adalah Dini teman sebangkuku di sekolah.

“Huhh kamu dari mana sih. Tiba-tiba malah tidak masuk sekolah. Aku ke rumahmu tidak ada orang. Pembantumu juga bilang tidak tau kamu dimana. Dasar.. bikin orang panik aja,” ungkapnya.

Melihatnya datang berlari sambil mencariku membuatku tak bisa menahan air mata. Aku akhirnya mengatakan semua keresahanku sambil menagis. Akhirnya, kita menangis bersama di ayunan taman bermain tersebut.

Semenjak itu, dia menjadi sahabat terbaikku.

3. Contoh Cerpen Remaja: Kehangatan Kerja Bakti

Contoh Cerpen Remaja Kehangatan Kerja Bakti

Pada hari minggu, aku dan masyarakat desa setempat melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan rumah. Hal ini merupakan wujud dari kepedulian lingkungan karena hari ini bertepatan dengan hari bumi.

Awalnya, aku agak malas untuk bangun pagi dan harus kerja bakti. Namun, ayah membangunkanku dengan suara kerasnya sehingga mau tak mau aku harus bangun. Dengan berjalan malas, aku mandi dan mempersiapkan peralatan untuk kerja bakti.

“Ayo nak.. sudah jam berapa sekarang. Cepat gak enak ditungguin sama warga lainnya,” kata ayahku sambil berteriak.

“Sebentar ayah, ini lagi ambil barang buat bersih-bersih,” balasku. Setelah aku angkut semua alatnya, aku berlari kecil menuju ayahku yang sedari tadi menunggu di teras rumah.

Kami langsung menuju ke lapangan tempat berkumpul warga. Disana, ada sosialisasi dari dinas lingkungan yang mengatakan tentang bahayanya lingkungan yang kotor karena berpotensi terserang penyakit.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, aku sedikit tersadar dan mulai timbul semangat untuk membersihkan lingkungan. Dimulai dari bersih got, mengambil sampah di sungai, sampai membuangnya ke tempat sampah.

Setelah gotong royong, kami berkumpul di rumah ketua RT dan dijamu makanan. Kulihat kebahagiaan terpancar diraut bapak bersama teman-temannya.

“Tidak buruk juga,” pikirku sambil tersenyum.

Aku bisa merasakan kehangatan dari tetanggaku di sekitar. Dulu aku jarang menyapa tetangga, namun setelah kerja bakti aku juga semakin kenal mereka dan mendapatkan teman seusiaku.

Baca: Contoh Cerpen Motivasi

4. Contoh Cerpen Remaja: Usaha tak Mengkhianati Hasil

Contoh Cerpen Remaja Usaha tak Mengkhianati Hasil

Andi adalah anak petani yang hidupnya sangat sederhana. Ia tinggal di pedalaman desa yang kekurangan listrik. Setiap pagi, dia harus berjalan berpuluh-puluh kilometer untuk sampai ke sekolah.

Perjalanannya ke sekolah juga tidak mudah. Jembatan sebagai penghubung desanya ke sekolah roboh sehingga ia harus naik perahu kecil untuk menyeberangi sungai. Meskipun begitu, Andi tidak patah semangat. Ia sangat bersemangat untuk belajar.

“Pakaianmu kok lusuh banget sih.. dasar dekil,” ucap teman-temannya.

“Memangnya sekolah buat gaya-gayaan? Sekolah itu buat cari ilmu, belajar,” balas Andi tidak kecil hati.

Ia selalu menganggap olokan teman-temannya seperti angin lalu. Baginya kemiskinan bukanlah sesuatu yang pantas membuatnya rendah diri. Itulah ujian yang perlu dihadapi.

“Aku akan buktikan nanti pada mereka semua kalau aku mampu dan lebih baik dari kalian,” bisik Andi pada dirinya sendiri.

Di tengah keterbatasan, ia selalu mencoba belajar materi yang belum diajarkan oleh gurunya. Sehingga jika materi itu tiba, ia lebih cepat meresapi ilmu tersebut dan bisa aktif menjawab pertanyaan guru.

Oleh sebab itu, banyak guru yang memujinya karena kepandaiannya. Bahkan guru tersebut selalu memberikan contoh dirinya ke murid yang lain untuk rajin belajar seperti dirinya.

“Kalian harusnya jangan malas-malasan ya, contohlah temanmu Andi. Dalam konsisinya yang sulit, ia tetep belajar dengan rajin. Alhasil, nilainya juga memuaskan. Ingat, usaha tidak mengkhiani hasil,” ucap bu guru.

Sutu ketika ada tugas kerja kelompok dengan soal yang begitu sulit. Banyak teman-temannya yang resah dan berharap bisa satu kelompok dengan orang yang pandai. Tapi, bu guru sudah menentukan kelompoknya.

“Andi, kamu sama Ridwan, Husna, Galih, dan Beni ya,” ucap Bu guru.

Tak disangka teman kelompoknya adalah anak yang sering mengolok-olok Andi. Saat kerja kelompok berlangsung, mereka malu-malu bertanya pada Anda. Namun, Andi tak begitu, ia memperlakukan temannya seperti biasa tidak ada balas dendam pada mereka.

“Ayo sini, kita harus bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Jika kalian tidak mengerti kita cari permasalahan bersama,” ungkap Andi.

Mendengar pernyataan Andi, membuat temannya sadar untuk tidak merendahkan orang lain. Kini, teman-temannya tidak pernah mengolok-olok Andi lagi. Mereka akhirnya menjadi teman.

5. Contoh Cerpen Remaja: Buah Tak Jauh dari Pohonnya

Contoh Cerpen Remaja juah Tak Jauh dari Pohonnya

Pak Guntur memiliki anak yang pemalas bernama Dono. Ia selalu tidak menuruti perintah orang tuanya. Kerjaannya di siang hari cuman tidur siang. Jika di sekolah ia menjadi anak yang nakal dan suka mencontek.

“Aku tidak habis pikir dengan kelakuanmu Don. Sampai kapan kamu menjadi dewasa hah. Kamu sudah besar sekarang. Jangan bertingkah bodoh seperti itu. Dasar pemalas,” ucap ayahnya sambil membentak.

Suara bentakan ayahnya pada Doni sudah menjadi makanan sehari-hari di keluarga tersebut. Ibu hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan anak dan ayahnya.

“Pak, kalau mau nasihatin Dono mungkin coba pakai cara halus pak. Atau nasihatin dengan tegas dan ajak bicara Dono. Jangan bentak-bentak pak. Ibu malu takut didenger sama tetangga,” ungkap ibunya lembut.

“Dono itu gak bisa dihalusin Buk, dia harus dikasarin biar cepet sadar sama tindakannya,” jawab ayah kasar.

Ibu sudah tidak mau berdebat lagi jadi ia memilih diam. Suatu ketika, Doni tidak tahan mendengar kemarahan ayahnya itu. Dia pun balas berteriak pada ayahnya.

“Apa yang kulakukan ini salah pak?? Aku cuman butuh hiburan. Ayah saja selalu menonton TV dan bermalas-malasan saat ibu bekerja ke ladang,” jawab sang anak.

“Kata ayah itu juga hiburan. Jadi apa salahnya aku ikutin ayah. Saat adik menangis, ayah menyuruh ibu mengurusnya. Ayah sama saja hanya bersantai di sofa saja,” tambah Doni.

Mendengar itu membuat ayahnya tersadar. Kelakuannya selama ini telah mengajarkan anaknya hal yang salah. Ia menjadi pemalas karena melihat apa yang dilakukannya selama ini. Dengan membisu, ayah hanya menatap anaknya dan akhirnya pergi berlalu.

Baca: Contoh Cerpen Persahabatan

6. Contoh Cerpen Remaja: Sepatu Kesayangan

Contoh Cerpen Remaja Sepatu Kesayangan

Aku adalah anak perempuan berumur 13 tahun. Namaku adalah Cinta. Saat menjelang lebaran, ibuku berencana akan memberikanku sepatu baru.

“Cinta, nanti kita bakalan beli sepatu baru ya, kamu habis sekolah ikut mama ke mall,” kata mama dengan senyum.

Mendengar hal itu tentu saja membuat bibirku sumringah. Aku tidak sabar untuk cepat-cepat pulang sekolah dan pergi berbelanja sepatu baru bersama mama.

Akhirnya, bel sekolah pun berbunyi. Aku langsung memasukkan bukuku ke dalam tas dan keluar kelas. Sambil berlari kecil aku bersenandung senang.

“Hmm nanti aku beli model apa ya disana? Sepertinya aku harus membeli warna merah kesukaanku. Hihihi,” pikirku dalam hati.

Kulihat mama sudah menungguku di dalam mobilnya. Ia melambaikan tangan ke arahku dan akupun langsung menghampiri mobil tersebut.

“Ma, nanti kita kemana? Beli sepatu dimana ya? aku pengen sepatu warna merah yang ada pitanya ma,” jawabku bersemangat.

“Iya, nanti kita beli, sudah kamu masuk dulu ya.. pakai sabuk pengamannya jangan lupa,” ungkap Mama.

Kita akhirnya tiba di lokasi dan matakupun tertuju pada sepatu merah cantik yang ada di etalase sebuah toko. Warnanya mengkilap dengan pita yang selama ini aku inginkan. Jadi, tanpa banyak waktu aku memutuskan untuk membeli sepatu itu.

Saat perjalanan pulang, aku senang bukan main. Ku timang-timang sepatu baruku itu Sesampainya di rumah kupamerkan pada seluruh isi rumah. Keesokan harinya, Dini datang ke rumahku untuk kerja kelompok.

“Din.. sebelum belajar, aku mau coba perlihatkan sepatu baruku ya. Nih lihat, bagus kan?.” Tanyaku.

“Wah.. bagus sekali.. kamu pasti senang ya dapat sepatu baru,” katanya sambil tersenyum.

Sehabis kerja kelompok Dini pun pulang. Aku mengantarnya sampai ke depan rumah. Saat Dini memakai sepatunya kulihat sepatu yang sudah usang dan sedikit sobek di bagian depannya.

“Din, sepatu kamu sepertinya mau rusak. Apa tidak diganti saja?,” tanyaku.

“Oh iya memang benar, sepatuku memang rusak. Tapi, aku sengaja tidak membeli sepatu baru karena ibuku tidak mampu. Jadi, aku tidak bisa memintanya padanya,” balas Dini.

Aku diam sejenak. Ternyata ada orang yang tidak seberuntung diriku. Aku cukup mampu membeli sepatu baru walaupun masih banyak sepatuku yang masih bagus. Aku merasa iba dan terbesit dipikiranku untuk membantunya.

“Din tunggu sebentar ya..,” kataku.

Aku masuk ke dalam rumah dan mencari sepatu baruku lalu keberitahukan pada mama kalau aku ingin memberikan sepatu itu pada Dini.

Mendengar alasanku, mama yang mendengarnya tersenyum. Ia mengelus rambutku sambil mengiyakan maksudku. Akhirnya, kuberikan pada Dini. Dini yang melihatnya awalnya menolak karena itu sepatu kesayanganku.

“Tidak apa-apa Din, aku masih punya banyak sepatu bagus. Aku ingin kamu juga bisa merasakan kesenanganku mendapatkan sepatu itu,” jawabku.

Dini akhirnya menerimanya ia tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih.

Berbagai contoh cerpen remaja di atas bisa kamu jadikan sumber inspirasi dalam membuat cerpen. Buatlah dengan tema yang menarik yang kamu kuasai dan rangkailah kata demi kata sehingga menghasilkan susunan cerita yang sistematis. Selamat mencoba.

The post [Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna appeared first on Yuksinau.

ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Memuat...

Jika Anda sudah membaca kalimat ini, maka Anda sudah sampai dibagian akhir pembahasan tentang Uraian: [Kumpulan] Contoh Cerpen Remaja Singkat Penuh Makna (Lengkap). Semoga saja uraian kami diatas dapat menjawab rasa penasaran Anda dan menambah wawasan untuk kita semua. Tak lupa kami sampaikan banyak terima kasih sudah berkunjung ke situs uraian lengkap ini. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Uraian: Billboard adalah (Lengkap)

Uraian: Cara Download Video Youtube (Lengkap)

Uraian: Discussion Text (Lengkap)